Majalah eksekutif edisi Maret 2012 laris, saat menulis Hedonisme Wakil Rakyat - Mobil Mewah, Karaoke, Private Party. Berikut tulisannya:
Di tengah ragam isu korupsi yang menghimpit sebagian anggota parlemen, tak sedikit dari mereka yang enggan melepaskan gaya hidup hedonisme. Dari mobil mewah hingga menikmati karaoke bersama para model private party.
Seperti hari-hari sebelumnya, Yoben memasuki ruang salah satu anggota DPR dengan membawa sapu dan plastik hitam ukuran besar. Hal yang pertama dilakukan di tempat itu adalah membuka gorden ruangan yang jendela kacanya menghadap Lapangan Tembak Senayan. Dengan sigap ia menyibak belahan gorden, lalu memilin batang plastik untuk membuka lajur-lajur gorden aluminium agar cahaya matahari masuk ke ruangan.
Selanjutnya, Yoben menuju sudut ruangan, tempat satu tempat sampah kering teronggok. Tempat sampah setinggi 40 cm itu diangkat dan dikeluarkan isinya untuk ditampung di plastik besar berwarna hitam. Meski kondisi Yoben tak sepenuhnya fit pagi itu, karena semalam terlalu asyik nonton dangdutan di sebuah hajatan dekat rumahnya, di Bogor, otak lelaki ini akan bekerja otomatis untuk mengenali benda-benda yang lazim memenuhi tempat sampah di ruang anggota parlemen itu: potongan kertas, bungkus makanan, alat-alat tulis yang sudah tak terpakai, dan benda-benda macam itu lainnya.
Tapi pagi itu mata Yoben, yang terasa berat, tiba-tiba membesar karena ia melihat adanya benda kenyal berwarna merah jambu melekat erat di dasar tempat sampah. Berkali-kali ia tepuk punggung tong sampah itu, namun benda itu seperti tak ingin berpisah dari tempat melekatnya. Dengan sebatang kayu kecil, Yoben mencoba mengorek benda kenyal itu sampai terlepas.
Betapa terkejutnya petugas kebersihan ini begitu mengetahui benda kenyal berwarna merah jambu itu adalah kondom yang masih basah dan terlihat bekas pakai. “Astaghfirullah, kondom!” guman Yoben spontan. Ia seperti tidak memercayai penglihatannya sendiri. Yang lebih membuatnya tak tak percaya adalah pertanyaan yang dengan cepat berpendar di kepalanya, ”Bagaimana mungkin bisa ada kondom di sini?”
Itulah sepenggal kisah yang terpapar dalam buku Parlemen Undercover tulisan Abu Semar. Buku ini hasil pengalaman dan investigasi kecil-kecilan mantan anggota DPR yang kemudian dibocorkan ke sebuah penerbit di Bandung, Jawa Barat. Buku setebal 254 halaman ini merupakan kisah nyata yang terjadi di gedung wakil rakyat selama periode 2004-2009 lalu.
Dan, Abu Semar adalah nama anggota DPR dari salah satu partai cukup besar yang namanya disamarkan. Menyamarkan nama si penulis dilakukan sebagai langkah keamanan diri. Bisa dibayangkan jika nama si penulisnya dimunculkan apa adanya: bisa menjadi bulan-bulanan sesama anggota Dewan yang dimunculkan skandalnya.
Bicara soal skandal yang melibatkan para wakil rakyat yang terhormat, sebenarnya sudah tidak asing lagi bagi publik. Mungkin masih ingat terbongkarnya hubungan mesum antara anggota DPR Yahya Zaini dengan pedangdut Maria Eva, setelah video mesumnya beredar luas. Itu baru sebagian kecil yang terungkap ke publik. Masih banyak lagi cerita mesum lainnya yang nyata-nyata terjadi di balik bilik wakil rakyat selama ini.
Gaya hidup sebagian wakil rakyat yang ironis ini tak hanya di urusan kebutuhan libido. Belakangan mereka juga disorot berbagai kalangan lantaran suka bermewah-mewahan dalam hal mobil tunggangan mereka. Berderetnya mobil berharga miliaran rupiah di parkiran Komplek Parlemen, Jakarta, membuat rumah rakyat di Senayan itu, tampak seperti showroom mobil mewah. Ada Alphard, Hummer, dan Bentley. Publik pun heboh.
Adalah Busyro Muqoddas, Ketua KPK (sekarang salah satu pimpinan KPK) yang kembali mencuatkan statemen soal gaya hidup mewah para anggota DPR, beberapa bulan lalu. Ia tidak sekadar menyinggung mobil mewah, tapi juga menyebut gaya hidup hedonis sejumlah politisi di DPR. “Mereka sangat perlente. Mobil dinas saja Crown Royal Saloon yang jauh lebih mewah dari mobil perdana menteri negeri tetangga. Mereka lebih mencerminkan politisi yang pragmatis-hedonis,” kata Busyro waktu itu.
Akibat dari ucapan Busyro ini, kalangan anggota DPR pun meradang. Mereka melakukan ‘serangan’ balik kepada Busyro dengan beragam statemennya. Tapi apa lacur, publik ternyata lebih percaya dengan ucapan Busyro ketimbang omongan para wakil rakyatnya. Sorotan beberapa kamera televisi yang menayangkan mobil-mobil mewah di parkiran gedung DPR seolah menjadi bukti bahwa apa yang diucapkan Busyro adalah benar.
Karaoke, Kokain, dan Soft Drink
Hedonisme gaya hidup sebagian wakil rakyat memang bukan sekadar isu atau cerita isapan jempol. Bukan cuma soal mobil mewah dan skandal seks yang terbongkar lewat video mesum. Hedonisme gaya hidup mereka juga merambah ke ruang private party yang kini betebaran di Jakarta. Ini terungkap dari pengakuan seorang sumber eksekutif yang sehari-hari menjalani profesi sebagai model private party. “Saya sering diajak mereka untuk menemani karaoke,” ungkap perempuan yang keberatan disebutkan identitasnya ini.
Kepada eksekutif, perempuan bertubuh langsing ini menceritakan pengalamannya selama menjalani profesi sebagai model private party. Ia mengaku hampir setiap malam menemani para tamunya untuk berkaraoke di hotel-hotel berbintang di Jakarta. Para tamunya beragam, mulai dari pengusaha, top level perusahaan multinasional, hingga anggota DPR.
Apa saja yang dilakukan selama karaoke? “Macem-macem. Tiap tamu nggak sama, ada yang cuma karaoke. Ada yang karaoke sambil ngekok (kokain) atau ngegele (ganja). Ada juga yang cuma minum-minum soft drink aja sambil ngobrol,” ujarnya.
Ia juga menceritakan, saat berkaraoke ada saja tamu yang “nakal”. Mulai dari mencubit-cubit genit model atau memeluk erat layaknya sepasang kekasih. “Itu sih biasa,” tambah sumber ini.
Setelah karaoke? Sumber eksekutif ini tak langsung menjawab. Ia diam sejenak, seolah sedang memikirkan jawaban yang tepat. Ia sadar betul yang sedang diajak bicara adalah awak media. “Nggak usah sedalam itu lah pertanyaanya. Aku takut ketahuan nanti,” kilah perempuan muda yang mengaku sudah dua kali menjanda ini.
Setelah diyakinkan identitasnya tak akan ditulis di majalah ini, ia pun mulai terbuka. Sumber eksekutif ini mengaku, tak sedikit di antara tamu-tamunya itu yang mengajak berlanjut check in ke hotel, setelah puas karaoke. “Tapi kalau saya nggak mau. Yang mau itu teman-teman saya yang karaoke bareng,” perempuan ini berkilah lagi.
Saat ditanya apakah yang suka mengajak “lanjut” ke kamar itu ada juga yang anggota DPR, sumber eksekutif ini mengaku ada. Tetapi, di saat fly akibat menenggak minuman beralkohol atau menghisap kokain hingga puas, ia mengaku sudah tidak sanggup lagi mengenali mana anggota DPR dan mana yang bukan. “Pokoknya ada saja yang ngajak lanjut,” ucapnya.
Sumber eksekutif ini bercerita, ada yang unik dari cara anggota Dewan kalau ingin menikmati hiburan dunia gemerlap bersama para model private party. Mereka memakai nama palsu saat ditanya para model yang menemani karaoke. Padahal, ada di antara penikmat dugem itu yang memberi kartu nama dan nomor telepon selularnya kepada sang model, untuk keperluan dugem berikutnya. “Kita-kita sih percaya aja, yang penting aku kalau panggil namanya nggak salah,” ujarnya.
Lantas dari mana sumber ini tahu itu nama palsu? “Itu ketahuan setelah aku lihat di teve. Di kartu nama namanya Budi, eh ternyata di teve nama bapak itu lain,” tuturnya.
Menyesal diberi nama palsu? “Nggak sih, yang penting kan aku dan teman-teman happy dan dapat duit,” tukasnya.
Ia mengaku tak ada tarif pasti yang ditawarkan kepada para pria yang menggunakan jasanya. Semua diserahkan pada “pengertian” para tamunya. Ada yang membayarnya dengan rupiah, ada juga yang membayar dengan dolar. Tapi, kata sumber itu, rata-rata para tamunya itu membayarnya antara US$ 200-300, atau berkisar Rp 1,8 - 2,7 juta. “Kalau yang orang DPR biasanya pakai rupiah,” tambahnya.
Sumber eksekutif ini mengaku, hampir tiap hari ia “diorder” oleh para penikmat dugem untuk menemani karaoke. Jika “jam kerja”-nya itu adalah 25 hari dan rata-rata upahnya US$200 per karaoke, maka dalam sebulan ia akan mendapatkan penghasilan sedikitnya US$5000.
Perempuan berparas cantik ini juga mengisahkan latar belakang keluarganya. Ia mengaku berasal dari keluarga cukup berada. Orang tuanya punya perusahaan konsultan IT di Jakarta. Hanya saja, broken home. Ayah dan ibunya masing-masing punya pacar gelap. Ia dan adik-adiknya jadi kurang dapat perhatian. Kondisi ini yang membuat dirinya tak betah di rumah, dan akhirnya memilih kos sendiri di bilangan Kuningan, Jakarta Selatan.
Bill Tambahan Hotel di Jepang
Masih banyak cerita miring lainnya yang lakonnya adalah wakil rakyat. Seorang mantan anggota DPR periode 2004-2009 bercerita kepada eksekutif tentang kejadian memalukan saat delapan anggota DPR melakukan kunjungan ke Jepang. “Salah satunya, saya yang ikut rombongan itu,” ujar yang juga meminta agar namanya tak ditulis.
Seperti diketahui, hampir setiap tahun Pemerintah Jepang memiliki program mengudang tokoh-tokoh muda untuk mengunjungi negerinya. Dalam program ini negeri Sakura itu juga berusaha mengenalkan sistem politik, ekonomi, dan budaya masyarakat Jepang. Program berupa penjelasan dalam ruangan, diikuti dialog dengan pejabat negara Jepang dan tokoh-tokoh partai, kemudian kunjungan ke beberapa industri di sana, dan terakhir kunjungan rekreatif, seperti kunjungan ke kuil tua, istana kaisar, sembari nonton kesenian tradisional Jepang yang disebut Bakubi.
Delapan wakil rakyat kita dari lintas partai itu tak luput diikutsertakan dalam program ini. Seluruh biaya kunjungan, mulai dari tiket pesawat, akomodasi atau hotel, dan transport lokal ditanggung oleh Pemerintah Jepang sebagai negara pengundang. “Bahkan, masing-masing kami mendapat uang saku lumayan besar, cukup untuk keperluan sehari-hari selama di sana,” ujarnya.
Selama di Jepang, menurut sumber ini, para wakil rakyat menginap di hotel terpisah dengan peserta lain. Pilihan hotelnya pun lebih mewah. Dan selama di sana, mereka dipandu oleh perempuan bernama Eriko. Selain cantik, pemandu ini juga fasih berbahasa Inggris. Tentu saja ini memudahkan bagi delapan wakil rakyat kita yang tak tahu sedikit pun bahasa Jepang itu.
Setelah acara kunjungan selesai, tiba saatnya seluruh peserta program ini untuk pulang ke Tanah Air. Kedelapan wakil rakyat ini bersiap untuk check out dari hotel. Sekitar pukul 10 pagi waktu di sana mereka sudah berkumpul di lobi hotel. Pagi itu, kata sumber ini, Eriko tampak sibuk mengurus bill di bagian resepsionis.
“Tiba-tiba kami dikagetkan ucapan Eriko. ‘Maaf Bapak-Bapak, ternyata ada tujuh orang yang masih harus menyelesaikan tambahan tanggungan pembayaran hotel’,” ucap sumber ini menirukan Eriko.
Lembaran bill itu diserahkan kepada masing-masing wakil rakyat kita. Cuma dirinya saja yang tidak diminta untuk membayar tambahan bill. Menurut pria yang kini memilih menjadi pengusaha, para wakil rakyat itu bingung dengan bill tambahan tersebut. Pasalnya, setahu mereka, seluruh biaya keperluan di hotel sudah ditanggung oleh Pemerintah Jepang.
“Nah, Eriko kemudian bilang begini, ‘Mohon maaf, Bapak-Bapak. Menonton film porno di kamar hotel bukan tanggungan pemerintah kami. Jadi, harus dibayar masing-masing’,” katanya kembali menirukan ucapan Eriko.
Mendengar jawaban pemandu ini, kontan saja wajah para wakil rakyat kita berubah seperti udang rebus. Menahan rasa malu yang amat sangat. “Saya cuma tertawa kecil saat melihat ekspresi wajah mereka di depan Eriko. Mereka malu sekali,” ujarnya.
Sumber ini mengatakan, masih banyak kejadian memalukan lainnya yang dialami para wakil rakyat selama ia aktif di sana. Sayang, ia enggan menceritakan semua, karena ia khawatir dianggap membongkar aib sesama teman.
Source:
http://www.matraindonesia.com/index.php?option=com_content&view=article&id=52:kondom-bekas-berserakan-di-dpr&catid=17:politik&Itemid=5
Tarif Lebih Rendah dari Tukang Cukur, Dokter Protes ke DPR
Para dokter umum nampaknya ogah miskin dengan memprotes rancangan peraturan turunan dari UU Badan Penanggulangan Jaminan Sosial (BPJS).
Mereka menuntut bayaran mereka atas pelayanan masyarakat dinaikkan.
Hal itu diungkapkan Wakil Ketua Komisi IX DPR Nova Riyanti Yusuf, yang mengikuti rapat dengar pendapat dengan Ikatan Dokter Indonesia (IDI) di Gedung DPR, Jakarta, Selasa (19/6).
Hadir dalam RDPU adalah Ketua Umum PB IDI 2009-2012 Prijo Sidipratomo, Presidium Nasional Pengurus Pusat Abraham Andi Padlan Patarai, dan sejumlah petinggi dokter nasional seperti Danasari.
Sebagai catatan tarif dokter berbasis kapitasi, kata Nova, tarif dokter adalah Rp2.000 dikalikan dengan populasi yang ditanggung. Namun mereka maksimal mendapatkan 10 ribu pasien perbulan.
Jadi walaupun mereka bekerja melebihi angka pasien itu, mereka tetap mendapatkan Rp20 juta sebulan berapa pun yang sakit.
"Bahkan Dokter Danasari berseloroh tarif tukang cukur rambut saja Rp7.000 perkepala, jauh dibandingkan dokter yang Rp2.000. Harus ada keadilan bagi seluruh rakyat Indonesia, dan dokter adalah juga bagian dari masyarakat Indonesia yang tidak boleh dieksklusi dari kemegahan UU BPJS," ungkap Nova dalam keterangan persnya di Jakarta, Selasa (19/6).
Dia melanjutkan, para dokter menekankan mereka bukan materialistis, etapi menuntut adanya rasionalitas, sehingga dalam penentuan tarif dokter pada skema premi BPJS perlu kajian yang mendalam dan melibatkan IDI.
Mereka mengakui Dokter memang mempunyai fungsi sosial dan terikat sumpah dokter (Hippocratic Oath), tetapi juga tetap mempunyai fungsi ekonomi demi kelangsungan hidup diri dan keluarganya.
Nova menambahkan juga fakta pendidikan dokter mahal yang dibiayai sendiri dan bukan gratis.
"Saya berempati dengan berbagai masukan mereka dan tentu juga tidak ingin dokter-dokter sampai kurang gizi, padahal bekerja penuh risiko dengan potensi tuntutan hukum mencapai angka miliaran rupiah jika melakukan malapraktik. Mereka harus mampu melayani 238 juta penduduk Indonesia dalam utopia universal coverage," tukas dia.
Lebih lanjut dia menambahkan, saat ini ada 85.000 dokter umum di bawah naungan Persatuan Dokter Umum Indonesia.
"Semoga tidak akan pernah mogok. Ini belum terlambat untuk memformulasikan kesejahteraan yang rasional dan berkeadilan."
Source:
http://www.beritasatu.com/kesehatan/54948-tarif-lebih-rendah-dari-tukang-cukur-dokter-protes-ke-dpr.html
Mereka menuntut bayaran mereka atas pelayanan masyarakat dinaikkan.
Hal itu diungkapkan Wakil Ketua Komisi IX DPR Nova Riyanti Yusuf, yang mengikuti rapat dengar pendapat dengan Ikatan Dokter Indonesia (IDI) di Gedung DPR, Jakarta, Selasa (19/6).
Hadir dalam RDPU adalah Ketua Umum PB IDI 2009-2012 Prijo Sidipratomo, Presidium Nasional Pengurus Pusat Abraham Andi Padlan Patarai, dan sejumlah petinggi dokter nasional seperti Danasari.
Sebagai catatan tarif dokter berbasis kapitasi, kata Nova, tarif dokter adalah Rp2.000 dikalikan dengan populasi yang ditanggung. Namun mereka maksimal mendapatkan 10 ribu pasien perbulan.
Jadi walaupun mereka bekerja melebihi angka pasien itu, mereka tetap mendapatkan Rp20 juta sebulan berapa pun yang sakit.
"Bahkan Dokter Danasari berseloroh tarif tukang cukur rambut saja Rp7.000 perkepala, jauh dibandingkan dokter yang Rp2.000. Harus ada keadilan bagi seluruh rakyat Indonesia, dan dokter adalah juga bagian dari masyarakat Indonesia yang tidak boleh dieksklusi dari kemegahan UU BPJS," ungkap Nova dalam keterangan persnya di Jakarta, Selasa (19/6).
Dia melanjutkan, para dokter menekankan mereka bukan materialistis, etapi menuntut adanya rasionalitas, sehingga dalam penentuan tarif dokter pada skema premi BPJS perlu kajian yang mendalam dan melibatkan IDI.
Mereka mengakui Dokter memang mempunyai fungsi sosial dan terikat sumpah dokter (Hippocratic Oath), tetapi juga tetap mempunyai fungsi ekonomi demi kelangsungan hidup diri dan keluarganya.
Nova menambahkan juga fakta pendidikan dokter mahal yang dibiayai sendiri dan bukan gratis.
"Saya berempati dengan berbagai masukan mereka dan tentu juga tidak ingin dokter-dokter sampai kurang gizi, padahal bekerja penuh risiko dengan potensi tuntutan hukum mencapai angka miliaran rupiah jika melakukan malapraktik. Mereka harus mampu melayani 238 juta penduduk Indonesia dalam utopia universal coverage," tukas dia.
Lebih lanjut dia menambahkan, saat ini ada 85.000 dokter umum di bawah naungan Persatuan Dokter Umum Indonesia.
"Semoga tidak akan pernah mogok. Ini belum terlambat untuk memformulasikan kesejahteraan yang rasional dan berkeadilan."
Source:
http://www.beritasatu.com/kesehatan/54948-tarif-lebih-rendah-dari-tukang-cukur-dokter-protes-ke-dpr.html
Jual Tiket Nonbar untuk Perempuan, Bioskop Teheran Ditutup

Polisi Teheran menutup bioskop di ibukota Iran karena melanggar aturan menjual tiket untuk perempuan untuk menyaksikan pertandingan Euro 2012, demikian disiarkan kantor berita ISNA, hari ini.
ISNA melaporkan, polisi Taheran menyebutkan "Kompleks Bioskop Zendegi disegel polisi karena mereka menjual tiket kepada perempuan, karena bioskop hanya diijinkan menjual tiket kepada pria."
Ketika dihubungi AFP, pengurus kompleks sinema itu mengatakan mereka tutup, tetapi tidak memberikan keterangan terinci.
Penutupan itu dilakukan setelah Bahman Kargar, salah satu wakil kepala kepolisian setempat, mengatakan bahwa perempuan di Iran dilarang menyaksikan tontonan layar lebar Euro 2012 karena lingkungannya "tidak pantas" bagi perempuan karena dipenuhi kaum, lelaki.
"Laki-laki, ketika menonton sepak bola, selalu takjub dan terkadang mengeluarkan kata-kata vulgar dan jorok," ujarnya.
"Bukan dalam kapasitas kehormatan wanita untuk menyaksikan pertandingan sepak bola bersama laki-laki. Para wanita harus berterima kasih kepada polisi atas pelarangan itu."
Euro 2012 yang berlangsung di Polandia dan Ukraina disiarkan langsung ke berbagai negara termasuk ke Iran.
Siarannya juga dilangsungkan dalam bioskop, meneruskan kebiasaan pasangan-pasangan atau anggota keluarga saat menyaksikan pertandingan Piala Dunia 2010 dan Piala Asia (AFC) pada 2011.
Di antara pejabat pemerintah garis keras di Iran serta para petinggi agama, biasanya memisahkan wanita dan laki-laki yang tidak bermuhrim di berbagai tempat dan acara di negara itu.
Wanita harus menggunakan kolam renang khusus wanita, di pantai dan di taman-taman di negara Republik Islam itu. Mereka juga duduk di bagian belakang bus bila naik transport umum, atau menggunakan taksi atau angkot khusus untuk wanita.
Kelas-kelas di sekolah tingkat atas serta di perguruan tinggi di Iran juga memisahkan tempat wanita dan laki-laki.
Wanita juga harus mengenakan pakaian Islami termasuk mengenakan tutup kepala dan bila mereka mengenakan busana vulgar maka mereka akan berhadapan dengan pejabat hukum yang disebut sebagai polisi moral.
Source:
http://www.beritasatu.com/euro-2012/53494-jual-tiket-nonbar-untuk-perempuan-bioskop-teheran-ditutup.html
Inilah Cara Soekarno Beli BH di Amerika
Presiden Soekarno selalu punya cerita. Salah satu yang menarik adalah cara Soekarno memilihkan BH alias bra di toko serba di California, Amerika Serikat.
Ceritanya di tahun 1956, saat ituSoekarno pertama kali mengunjungi Amerika Serikat. Setelah melakukan sejumlah urusan kenegaraan, Soekarno pun ingin membeli oleh-oleh untuk istrinya. Dia teringat salah satu istrinya memesan BH.
Soekarno ditemani Nyonya Eric Johnson, istri dari raja film Holywood. Keduanya pun pergi ke sebuah toko besar. Tapi rupanya Soekarno tidak mengerti bagaimana menyebut BH dalam bahasa Inggris.
"Bolehkah kulihat salah satu dari mangkuk daging yang terbuat dari satin hitam itu? Kasihan Nyonya Johnson. Wajahnya menjadi merah. Bayangkan aku menyebut benda itu mangkok daging," ujar Soekarno dalam biografi 'Bung Karno Penyambung Lidah Rakyat Indonesia' yang ditulis Cindy Adams.
"Pramuniaga itu mengambilkan beberapa buah, tetapi aku lupa ukuran BH istriku. Maka Soekarno meminta Nyonya Johnson memanggil semua pramuniaga wanita di toko itu. Walau dengan wajah merah karena malu, Nyonya Johnson tetap menuruti perintah Soekarno. Maka Soekarno pun memperhatikan buah dada para pramuniaga itu dengan cermat.
"Setelah para pramuniaga itu dibariskan, dengan gayaku yang hati-hati, aku meneliti mereka dengan cermat, sambil berkata. Tidak engkau terlalu kecil, Oooh engkau kebesaran. Kemudian aku menunjuk seorang wanita dan menyatakan, Ya! Engkkau pas sekali. Aku akan membeli BH sesuai ukuranmu," ujar Soekarno.
Ternyata memang benar BH itu cocok dengan ukuran istri Soekarno.
Cerita soal BH di Amerika bukan hanya itu saja. Berkat Eric Johnson, Soekarno sempat menemui para artis top Holywood saat itu. Salah satunya adalah Jayne Mansfield, salah satu artis seksi Holywood.
"Kuingat Jayne Mansfield memakai baju beludru yang ketat dan tampak dengan sangat-sangat jelas, ia tidak menggunakan apa-apa di balik baju itu. Belakangan tali pengikatnya putus. Aku diberi tahu kejadian itu sering dialaminya," kenang Soekarno.
Source:
Langganan:
Postingan (Atom)